KUMPULAN MAKALAH EKONOMI SYARI'AH (STAI) NATUNA

Jumat, 26 Oktober 2012

Zaharuddin "Deng" Zainuddin Pemburu Peninggalan Sejarah

      Berbekal kebetulan saat masih duduk di bangku SMP, Zaharuddin Zainuddin (40), kini menjadi salah satu pemburu sekaligus penjaga barang-barang peninggalan sejarah yang tersebar di Kepulauan Natuna. "Mimpi saya, suatu saat ada Museum di Natuna yang menjadi kebanggaan karena menjadi tujuan wisata sejarah di dunia."
Meski belum memenuhi standar sebagai museum, bangunan rumah permanen, yang dijadikan sebagai Museum Sri Srindit, di Jalan Tok Ilok, Ranai Barat, Natuna, berisi ribuan jenis barang peninggalan sejarah, khususnya yang berasal dari China. Mulai dari guci besar, cerek tempat air, mangkuk, piring, dengan berbagai ukuran ada di museum ini. Mulai dari yang tersusun rapi dalam rak-rak kaca sederhana, sampai yang dibiarkan terhampar di dalam guci besar, atau di lantai dalam salah satu kamar.

"Memang belum layak, namun kalau tidak dimulai, usaha untuk mempertahan kan peninggalan sejarah ini, tidak akan pernah terwujud," ujar Zaharuddin Zainuddin, saat ditemui di museum Sri Srindit, yang sekaligus menjadi rumah tempat tinggalnya sekeluarga.

Pergaulan "Deng", begitu Zaharuddin biasa disapa, dengan barang-barang peninggalan sejarah, sudah dimulai sejak masih duduk di bangku SMP, tahun 80-an. Saat itu, beberapa kali, anak pertama dari tiga bersaudara itu, menemukan barang-barang keramik di pinggiran sungai di Ranai. Setelah dijual ternyata bisa menghasilkan uang yang cukup lumayan, untuk ukuran anak SMP pada saat itu. "Bisa disebut, karena barang-barang itulah, saya bisa terus bersekolah," kata putra pasangan Syamsuddin dan Zahara ini. Namun pergaulan itu terputus, ketika Deng duduk di bangku SMA, sampai kemudian meneruskan kuliah ke FKIP UNRI di Pekanbaru.

Museum SRI Srindit

Baru pada tahun 2008, setelah melewati berbagai pekerjaan, usai menyelesaikan kuliahnya, Deng memberanikan diri mendirikan LSM Lekas (Lembaga Kajian Sejarah Natuna) sekaligus mendirikan Museum Sri Srindit. "Penjarahan harta peninggalan sejarah yang selama ini terjadi harus diatasi. Kalau tidak akan terbawa keluar Natuna semuanya," kata Deng.

Dari sanalah Deng, kemudian mengumpulkan barang-barang peninggalan sejarah dari berbagai dinasti China, yang terpendam di Natuna. Ia menghubungi warga masyarakat di berbagai pulau, yang selama ini dijadikan pemburu oleh para kolektor barang antik, agar bersedia memberikan barang temuan mereka kepada Deng, dengan imbalan. Mereka menyambut upaya Deng, karena pengelola museum Sri Srindit ini, di samping putra daerah asli, juga tidak hanya memberi imbalan atas barang-barang yang masih bagus dan lengkap, tetapi juga barang pecah atau sudah berbentuk kepingan-kepingan.

Menurut Deng, sulit diprediksi jumlah barang-barang peninggalan sejarah yang ada di Natuna, baik yang masih tertanam di daratan, maupun di kedalama laut, di kapal-kapal yang karam di sekitar laut China Selatan. Karena itu, Deng yakin, kepulauan Natuna di masa lalu, merupakan salah satu pusat perdagangan penting di jalur laut China Selatan, layaknya keberadaan Singapura saat ini. Sebab di hampir setiap pulau bisa ditemukan barang-barang peninggalan sejarah. Mulai dari dinasti Tang, Song, Yuan, sampai dinasti Ming. Ini bisa dibuktikan dari sejumlah temuan yang kini tersimpan di museum Sri Srindit.

Setidaknya, ada tiga kategori, barang-barang yang ditemukan. Yang pertama, barang yang sengaja ditanam, layaknya harta karun terpendam, kedua, barang-barang yang tertanam secara berserakan, diduga tertanam akibat sebuah peristiwa, dan ketiga, barang-barang kubur atau barang-barang yang disertakan bersama penguburan orang yang meninggal dunia, sesuai tradisi masyarakat China di masa lalu.

"Barang-barang bersejarah itu, sudah diburu sejak awal 80-an, dan sampai saat ini masih terus ditemukan di berbagai tempat. Jadi bisa dibayangkan banyaknya harta karun di kepulauan Natuna ini," jelas Deng. Karena itu, Deng yakin, mimpinya, tentang sebuah museum sejarah yang memiliki daya tarik dunia, akan terwujud di Natuna. Deng pun berniat, satu saat seluruh hasil temuannya yang kini tersimpan di museum Sri Srindit, akan diserahkan ke Pemerintah Daerah Natuna, jika memang sudah tersedia fasilitas yang memadai dan tenaga pengelola yang profesional.

Semangat Deng untuk terus berburu harta peninggalan sejarah, makin kuat dengan adanya dukungan dana dari Pemerintah Kabupaten Natuna. Kini hampir sebagian besar waktunya, adalah mengurusi museum Sri Srindit. "Mimpi saya, satu saat Natuna akan menjadi pusat kunjungan wisata sejarah, karena memiliki museum sejarah yang membanggakan di dunia," tegas ayah 4 orang anak ini. *** (Syaiful Anwar Lubis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar